Ciater, Dataran Tinggi di Kaki Tangkuban Perahu


Selamat pagi semuanya. Menyambut pagi dengan senyuman matahari yang merekah mewarnai cakrawala.

Kemarau yang panjang hingga menjelang penghujung tahun 2019 ditambah polusi ibukota yang masuk sebagai juara 1 kota tertinggi polusinya di dunia, membuatku ingin sejenak menambah kadar oksigen dalam tubuh dengan beristirahat sejenak di pegunungan yang sejuk.

Kali ini aku berkesempatan menemani sebuah family gathering yang mengambil tempat di Ciater, Subang Jawa Barat. Menginap di Ciater Highland Resort, kami menempuh perjalanan yang lumayan panjang dan berkelok-kelok khas pegunungan dari arah Subang.

 


So calm, so relaxing. Kami menyewa dua buah villa, satu khusus untuk wanita dan satu lagi khusus untuk grup pria. Peserta yang ikut acara ini sekitar 34 orang. Dari depan villa bisa terlihat langsung gunung Tangkuban Perahu di kejauhan. Bunga-bunga yang bermekaran indah warna warni, pohon pakis yang tumbuh subur menambah kesegaran di sejuknya cuaca yang 17 derajat di pagi hari.



Setelah menyantap sarapan pagi rombongan pun berangkat menuju tempat wisata. Destinasi terdekat dari Ciater ada pemandian air panas Sari Ater, taman wisata gunung Tangkuban Perahu, serta Hutan Pinus dan Orchid Forest di Cikole.

 
Bersantai diantara teduhnya pepohonan tinggi, bermain flying fox yang mengantar kita terbang melewati rimbunan pohon pinus menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan bagi sebagian peserta yang belum pernah main flying fox sebelumnya.


Lelah bermain perjalanan pun kami lanjutkan kembali, kali ini sedikit menenangkan diri ke Dusun Bambu yang berlokasi di jalan Kolonel Masturi, Lembang. Waktunya ber swafoto karena banyak lokasi yang cantik untuk mengambil gambar di tempat wisata ini. Dengan membayar 30 ribu per orang peserta akan dijemput dengan mobil wara-wiri hingga ke lokasi drop off. Kemudian bebas mengeksplorasi area yang sangat luas ini.





 

Saat berfoto di amphiteater sayup sayup terdengar suara alat musik yang mengalun. Penasaran dengan asal suaranya, kami pun bergerak menuju salah satu saung besar dengan angklung besar tampak di depannya. Saung ini bernama Rongga Budaya. Di tempat ini memang menjadi ajang belajar tentang alat musik khas Sunda yang semuanya terbuat dari bambu.



Di Rongga Budaya ini kita akan diajak untuk mencoba bermain alat musik bambu. Ada yang bentuk seperti kolintang, ada angklung, ada seruling, kendang bahkan ada juga semacam saron dari bambu yang menjadi melodi dalam satu grup musik.

   

Usai bermain musik dan menikmati suasana pedesaan, rasanya sudah waktunya mengisi perut untuk makan siang menjelang sore ini. Kali ini kami memilih makan di restoran Imah Seniman, yang lokasinya cukup dekat dari Dusun Bambu.


Menunya Nasi Liwet komplit, isinya nasi gurih berbumbu rempah, ikan asin, ayam goreng, lalapan, tahu dan tempe goreng lengkap dengan sambal. Dimakan hangat-hangat sambil bersantai di pinggir balong, lesehan dengan udara sore yang menyejukkan. Tak terasa nasi di dandang pun berpindah terus perlahan ke piring masing-masing peserta hingga habis tak tersisa. Sangat direkomendasikan untuk nasi liwetnya. Mantaaaap...

  


Tempatnya sangat nyaman untuk beristirahat melepas lelah setelah berjalan kaki cukup jauh di area sebelumnya. sambil menunggu adzan maghrib berkumandang, semua peserta sibuk bercengkerama sambil menikmati secangkir kopi lengkap dengan pisang goreng sebagai penutup makan sore.


Malam pun segera turun, kami pun bersiap kembali ke villa untuk beristirahat. Besok tinggal waktunya belanja oleh-oleh kemudian pulang kembali ke Jakarta. Sampai bertemu lagi di acara berikutnya... Stay safe and see you next trip...









Diberdayakan oleh Blogger.

viewers

Recent

Comments

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *