Dieng, Merasakan Dinginnya Negeri Matahari


Good morning sunshine...
Siapa bilang negeri tropis itu pasti panas? Well, kali ini saya jalan-jalan ke lokasi sedingin 11 derajat celcius di daerah Jawa Tengah. Dan itu rasanya dingiiiiinn....

Mengawali perjalanan dengan menggunakan kereta api dari Jakarta menuju Purwokerto. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 6 jam dan kami tiba menjelang maghrib. Setelah mengisi perut dengan makanan khas Sroto yang terdiri dari soto daging dengan sambal tauco yang sedap, kami melanjutkan perjalanan dengan mobil menuju Dieng.


 

Ternyata perjalanan cukup jauh dan berliku untuk menuju Dieng, ditambah bulan Januari saat kami bepergian ini masih sering datang hujan. Semakin malam pun dingin makin terasa menembus kaca mobil yang terus bergerak menuju ketinggian.




Menjelang jam 11 malam tibalah kami di hostel tempat kami menginap. Direkomendasikan banyak pelancong, penginapan ini memang cukup memadai dan menyenangkan, Tani Jiwo Hostel namanya. Kami mengambil kamar tipe family room yang cukup hingga 6 orang.

Untuk melihat sunrise kami disarankan untuk jalan sekitar pukul setengah 4 pagi agar bisa mencapai puncak Sikunir tepat saat matahari mulai terbit. Berarti kami punya waktu cukup untuk tidur malam ini. Tapi untuk aku yang tidak terlalu tahan dingin, suhu 11 derajat ini benar-benar menyulitkan untuk tidur. Bahkan aku terbangun jam 1 pagi dan memilih untuk keluar kamar menuju pantry untuk menyalakan heater sambil minum air panas. Dingiiiiinn....

Jam 4 pagi tiba di kaki gunung masih gelap. Kami berjalan menanjak dengan bekal lampu flashlight di kamera handphone. Udara tidak sedingin malam, sangat sejuk dan menyegarkan. Beberapa teman tampak bersusah payah namun tetap semangat hingga akhirnya kami tiba di puncak.






Saat matahari mulai mengintip di balik kokohnya gunung, mataku tak berkedip melihat panorama indah keemasan yang memancar. Ditambah dengan awan yang membentuk pusaran diatas puncak gunung, menambah kesan penuh misteri yang sexy.







Matahari pun semakin terlihat, setelah puas menuntaskan kerinduan mata terhadap alam yang luar biasa indah, kami menuju surau kecil yang disediakan untuk pengunjung di sekitar sini untuk menunaikan ibadah pagi. Dan lagi-lagi airnya dingin betuuull.. Tapi menurut penduduk sekitar, saat paling dingin nanti sekitar bulan Agustus. Bahkan tahun lalu di bulan Agustus sampai ada embun es yang menutupi daun dan rerumputan di sekitar gunung ini.






Setelah puas mata memandang ufuk yang semakin menguning, kami pun turun gunung sambil menikmati rimbunnya pepohonan pinus dan tak lupa berswafoto bersama. Beberapa dari kami ada yang belum pernah naik hingga ke puncak, dan perjalanan kali ini merupakan sebuah pencapaian tersendiri di usianya yang sudah lewat setengah abad.




Menikmati keindahan alam rasanya tak kan pernah habis. Ingin ku berlama-lama duduk menikmati sejuknya udara pagi. Tapi perut juga sepertinya memberi batas waktu, sudah saatnya untuk diisi. Maka mampirlah kami di kedai kecil di kaki gunung untuk mengisi perut dengan kentang bakar dan kopi susu hangat sebelum melanjutkan perjalanan lagi.


Setelah turun gunung, kami melanjutkan perjalanan Telaga Warna dan menyusuri goa-goa dengan segala kisahnya. Nanti dilanjutkan di kisah berikutnya ya. See you next trip...

Diberdayakan oleh Blogger.

viewers

Recent

Comments

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *