Menyusuri Peninggalan Cina Benteng, Tangerang



Hai guys.... Masih dalam suasana Chinese New Year aku ikut dalam rombongan alumni psikologi UI angkatan 70-74 untuk mengeksplorasi peninggalan Cina Benteng di sekitar kota Tangerang, Banten.


Berawal dari berkumpul untuk sarapan nasi uduk "Encim Sukaria" yang berlokasi dekat dengan Taman Makam Pahlawan, aku dan rombongan memulai kegiatan tour. Perhentian pertama adalah Pasar Lama, tepatnya di Klenteng Boen Tek Bio. Lokasi klenteng ini ada di dalam Pasar Lama. Dan karena minggu lalu bertepatan dengan hari raya Imlek, masih tampak banyak lilin-lilin besar dengan ukiran nama keluarga yang melakukan persembahyangan disana.

 
Dari Klenteng Boen Tek Bio, kami melanjutkan perjalanan menuju aliran Sungai Cisadane. Melewati rumah-rumah khas Cina Peranakan yang banyak menggunakan ornamen seperti lukisan di kayu atau dinding rumah mereka, dengan bentuk pintu dan jendela yang khas. Melewati juga rumah yang digunakan sebagai penangkaran burung walet, namun sayangnya walet sekarang semakin berkurang karena banyaknya pembangunan tower untuk provider telekomunikasi di sekitar Sungai Cisadane.






Sampailah kami di aliran Sungai Cisadane, yang merupakan sungai utama di Kota Tangerang.Sungai ini lebar dan bersih, dengan pepohonan rindang di sepanjang bantaran sungai yang dijadikan tempat untuk bersantai warga, bahkan terlihat beberapa orang sibuk memancing.Diceritakan bahwa tahun 1900 seorang tuan tanah menyumbangkan sepasang perahu naga untuk klenteng sebagai balas jasa karena dia ditolong pada saat kereta yang ditumpanginya patah tepat didepan klenteng tersebut. Sejakitu menjadi tradisilah setiap tanggal 5 bulan ke 5 dari kalender Cina, diadakan perayaan lomba Peh Cun (lomba perahu naga), yang kemudian oleh pemerintah daerah dijadikan event Festival Cisadane.


Setelah puas menyusuri Sungai Cisadane yang bersih dan tertata rapi, rombongan diajak ke Museum Benteng Heritage, yang merupakan destinasi selanjutnya sekaligus makan siang.Ini adalah museum peranakan cina pertama di Indonesia, dan dinamakan Benteng Heritage karena pada jaman penjajahan Belanda dulu, daerah sekitar museum ini dibangun benteng besar untuk menjaga serangan dari daerah Banten. Daerah Pasar Lama Tangerang ini disebut juga sebagai Zero Point nya Kota Tangerang, karena dulu disini adalah pusat kegiatan kota Tangerang, yang dikenal dengan nama Kota Benteng.

 Di Museum Benteng Heritage ini banyak terdapat artefak dan sejarah masyarakat Cina Tangerang, yang menyebut dirinya Cina Peranakan, mulai dari sejarah kedatangan armada Cheng Ho yang sebagian mendarat di Teluk Naga, yang diyakini sebagai cikal bakal penduduk Tionghoa Tangerang (Cina Benteng).


Ada peninggalan berupa alat-alat pernikahan ala Cina Peranakan di masa lalu, juga beberapa sepatu yang merupakan sepatu dari wanita Cina dengan legenda bounded feet nya yang menurut saya merupakan KDRT pertama dalam rumah tangga. Bayangkan perempuan dari usia 6 bulan sudah diikat kakinya agar tidak tumbuh dan tetap berukuran kecil karena tradisi kala itu, semakin kecil kaki perempuan akan semakin indah dan sebagai keluarga priyayi tidak sepantasnya bekerja berat, hanya boleh menyuruh para pembantu dan kemana-mana ditandu, padahal sebenarnya itu cara untuk membuat perempuan tidak bisa keluar rumah. 

  

Museum Benteng ini dulunya adalah rumah dengan disain asli Cina Peranakan, dan hanya direstorasi sedikit sehingga 95% bangunan ini masih bangunan asli. Termasuk balkon dalam di lantai 2 yang mengisahkan tentang legenda Kwan Kong, seorang jenderal yang mengangkat sumpah saudara dengan 3 sahabatnya dibawah pohon persik untuk menjaga kedaulatan negara Cina. Dan hingga saat ini legenda Kwan Kong ini sering dijadikan ikon untuk rumah komunitas atau persaudaraan.


Selesai makan siang dengan menu Lontong Cap Gomeh dan Ayam Goreng Mertua, rombongan pun bersiap untuk menuju destinasi berikutnya. Di perjalanan kami melewati masjid agung Al Anshor, yang merupakan masjid raya di Kota Tangerang. Kami pun berhenti sejenak disana untuk sholat Zuhur dan mengagumi keindahan arsitektur masjid tersebut.



Setelah sholat, rombongan pun berangkat lagi ke tujuan akhir. Baywalk Mall di Pluit. Well, berhubung rombongan yang berangkat ini keseluruhan ibu-ibu usia paruh baya, maka kunjungan ke mall yang berada di pinggir laut dengan segala ketenarannya ini pun tak boleh dilewatkan. Dan memang mall ini cukup unik. Lokasinya di pinggir laut dan akan menjadi pintu gerbang awal reklamasi pantai untuk dijadikan kota baru Pluit City.



Ada beragam hiburan di Baywalk Mall ini, terutama masih dalam suasana Chinese New Year. Ada atraksi akrobat dari China, ada atraksi air mancur menari, dan lampion warna warni yang menyala di malam hari menambah semarak penampilan pusat perbelanjaan yang sedang naik daun di perbatasan Tangerang dan Jakarta Utara ini. Malam pun semakin gelap, secangkir kopi pun telah habis diteguk.. Waktunya tiba untuk berisitirahat.. Sebelumnya menyempatkan diri untuk mengambil gambar rombonganku diantara warna warni lampion sebelum mengucapkan salam selamat tinggal, see you on next trip... Cheersszzzz....


Related Articles

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

viewers

Recent

Comments

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *